Pilar-Pilar Kemiskinan di Pedesaan

8/29/2017

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan  yang  telah mendunia  dan hingga kini masih menjadi  isu sentral khususnya di negara dunia ketiga. Selain  bersifat  laten dan aktual, kemiskinan  dipandang sebagai  penyakit  sosial  ekonomi yang paling banyak dialam ioleh negara berkembang. Meskipun kebanyakan negara berkembang telah berhasil melaksanakan pembangunan ekonomi melalui peningkatan  pertumbuhan  produksi, pendapatan nasional, dan perkembangan teknologi, namun di balik kesuksesan dalam konteks fisik material mencuat setumpuk fenomena dehumanisasi berupa kemiskinan yang sangat  rnemprihatinkan. Pada saat yang bersamaan terjadi pula peningkatan dalam ketimpangan distribusi pendapatan antara kelompok kaya dan miskin.  Kemiskinan kian menjadi masalah serius karena adanya kecenderungan negara berkembang mengutamakan program pembangunan ekonomi yang berskala makro, tanpa memerhatikan kondisi riil secara menyeluruh di daerah pedesaan secara mikro.

Berbagai  pendekatan  telah banyak digunakan pemerintah  untuk menanggulangi  dan mengurangi angka kemiskinan diantaranya pendekatan kebutuhan dasar  (basic needs approach), pendekatan pendapatan  (income approach),  pendekatan kemampuan  dasar (human  capability  approach) dan pendekatan objective  and subjective. Badan pusat Statistik misalnya menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) dengan memandang kemiskinan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan  dasar pangan dan bukan pangan diukur dari sisi pengeluaran yang disebut garis kemiskinan (poverty  line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah  sejumlah  rupiah  yang diperlukan oleh setiap  individu  untuk dapat membayar kebutuhan makanan senilai 2-100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. Berdasarkan ketentuan tersebut BPS mengeluarkan data makro yang dihitung berdasarkan data sampel, sehingga hasilnya sebetulnya bersifat prediktif.

Selengkapnya dapat dibaca dalam Jurnal Sumber Daya Insani Universitas Muhammadiyah Kendari, Edisi Januari 2012 berikut ini.

» Terima kasih telah membaca: Pilar-Pilar Kemiskinan di Pedesaan
Sebarkan Melalui:

0 Response to "Pilar-Pilar Kemiskinan di Pedesaan"

Post a Comment