Ilustrasi dari Google |
Dalam konteks Pemilukada, pergantian pemimpin tingkat lokal ini bukanlah semata-mata pergantian penguasa (circulates des elites), melainkan merupakan fase baru untuk menata sistern kemasyarakatan dan pemerintahan yang good governance dan clean governance. Dengan demikian, fenomena yang menarik diteliti dalam perspektif sosiologi kekuasaan pada Pemilukada dewasa ini yaitu terjadinya perubahan sistem pemilihan (electoral reform) yang diasumsikan akan berimplikasi pada tampilnya pasangan calon perseorangan yang mumpuni. Kehadiran regulasi ini memang telah melahirkan kontestan calon perseorangan, namun kehadiran kontestan melalui jalur perseorangan tampaknya belum menuai hasil yang signifikan. Pasalnya, sebagian besar kontestan jalur peseorangan di beberapa wilayah pemilihan, termasuk Pemilukada di Sulawesi Tenggara sampai saat ini belum ada yang memenangkan perebutan kursi nomor wahid tersebut. Pasangan calon perseorangan secara signifikan gagal mendapatkan suara terbanyak dari pemilih termasuk kegagalan calon perseorangan pada pemilihan Walikota Kendari tahun2012.
Selengkapnya dapat dibaca dalam Jurnal Sosiologi Dialektika Kontemporer, PPs Universitas Negeri Makassar, Volume 1 Nomor 1 Edisi Januar-Juni 2013 berikut ini. » Terima kasih telah membaca: Rivalitas Politik Lokal Sebarkan Melalui:
0 Response to "Rivalitas Politik Lokal"
Post a Comment